Halaman

Minggu, Juli 05, 2009

[review] coraline (graphic novel)

Komik ini gue dapatkan berkat kerelaan Haris nyasar-nyasar di labirin Tebet hanya untuk mengantarkan sebuah buku. Buat Haris, makasih ya!

Pertama-tama sebagai seorang penulis gue sangat menyambut baik terbitnya buku-buku seperti komik Coraline ini, karena keberadaannya di toko buku kemungkinan akan sama dengan buku si mbot yaitu: salah rak! Kalo diliat dari penampakan fisiknya, Coraline adalah komik, atau jaman sekarang orang lebih suka menyebut 'graphic novel', sehingga mungkin akan dipajang di rak-rak komik anak-anak. Ceritanya juga bertokohkan seorang bocah, dengan sudut pandang khas tokoh cerita anak-anak pada umumnya yaitu sering sebel karena diremehkan oleh orang dewasa di sekitarnya. Tapi kalo komik ini dibaca anak-anak, hmmm... gue kuatir para orangtuanya akan kerepotan karena anaknya mendadak nggak berani pipis sendiri di tengah malam!

Sesuai judulnya, komik ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil bernama unik, Coraline. Dia dan kedua orangtuanya baru pindah ke sebuah rumah besar yang juga dihuni oleh orang-orang nyentrik. Ada sepasang ibu-ibu tua mantan penari yang hobi meramal nasib lewat daun teh, juga ada bapak tua yang mengaku sedang sibuk melatih tikus-tikus untuk main sirkus.

Sebagai anak yang nggak bisa diem, Coraline sibuk menjelajah rumahnya yang besar itu sampe akhirnya dia menemukan sebuah pintu ajaib. Saat pertama kali ditemukan, di balik pintu itu cuma ada dinding bata. Menurut ibunya Coraline, di balik dinding itu cuma ada ruang kosong yang nggak dipake lagi. Tapi di lain kesempatan, Coraline kembali mencoba membuka pintu itu dan menemukan bahwa di baliknya ada... sepasang suami istri yang penampakannya persis seperti ayah dan ibunya. Satu hal yang membedakan adalah, mereka nggak punya mata! Sebagai ganti mata, cuma ada sepasang kancing hitam terpasang di muka mereka.

Karena udah bosan nggak punya teman bermain, Coraline senang-senang aja ketemu sosok-sosok aneh yang minta dipanggil "The Other Daddy" dan "The Other Mommy" ini. Apalagi mereka mencekoki Coraline dengan berbagai makanan enak, mainan, dan pakaian yang bagus-bagus. Tapi Coraline mulai merasakan adanya masalah saat kedua orangtua 'baru' ini mulai mendesaknya untuk tetap tinggal bersama mereka, dan di saat yang bersamaan orang tua aslinya lenyap entah ke mana...

Coraline pertama kali diterbitkan tahun 2002 dalam bentuk novel, ditulis oleh Neil Gaiman, seorang penulis asal Inggris. Novel ini sukses mendapat penghargaan di mana-mana, sehingga pada tahun 2008 yang lalu diadaptasi dalam bentuk komik oleh Philip Craig Russell, seorang ilustrator dari Amerika. Bukan cuma itu, bulan Februari 2009 Coraline juga udah diangkat ke layar lebar dalam bentuk film stop motion (animasi menggunakan boneka) dengan sutradara Henry Selick (Nightmare Before Christmas). Lagi-lagi filmnya juga dapet banyak pujian dari para kritikus. Ngeliat trailernya, gue juga jadi penasaran ingin nonton filmnya. Sayang DVDnya baru rilis akhir Juli nanti. Sementara itu, berhubung gue baru baca komiknya, mari kita review komiknya aja.



Dari segi ide cerita, ini adalah salah satu cerita paling sinting, gila, miring yang pernah gue baca. Bukan cuma tokoh-tokohnya yang aneh-aneh, tapi juga reaksi si tokoh utama yang santai-santai aja ketemu orang bermata kancing, atau nemu sebuah gedung pertunjukan yang penontonnya semuanya anjing. Kalo mau dibilang horror, buku ini nggak berusaha menyajikan cerita serem yang bikin pembacanya ngeri karena takut dicaplok setan bertaring, tapi justru dengan menampilkan adegan demi adegan ajaib secara biasa-biasa aja seolah bagian dari keseharian setiap orang. Tapi toh tetap terasa ada sesuatu yang ganjil, gila, nggak normal, yang bikin pembaca tanpa terasa bergidik.



Sebagai ilustrator kawakan, Russell mengambil langkah yang cukup berani saat menterjemahkan novel ini dalam bentuk gambar-gambar realistik, sedangkan cover novel dan filmnya dikemas dalam visualisasi yang 'ngartun'. Dalam salah satu wawancara, Russell mengaku mencoba menterjemahkan setiap halaman novel ke dalam setiap halaman komiknya. Itulah sebabnya jumlah halaman novelnya hampir sama dengan komiknya. Hasilnya adalah sebuah karya yang sempurna: setiap panel gambarnya punya tempo gerak sendiri-sendiri mengikuti alur cerita. Di bagian awal terasa pelan untuk menggambarkan kebosanan Coraline yang kurang kegiatan, tapi makin ke belakang temponya makin terasa cepat dan menegangkan. Dengan nekadnya Russel juga melawan pakem 'komik horror' yang biasanya didominasi warna-warna gelap dan opaque, tapi dia komik ini dia malah banyak memakai warna - warna ceria bersaturasi rendah... seolah semua baik-baik aja, tapi MATANYA DARI KANCING... hiiiy...!!



Buat para orangtua yang mau membelikan buku ini untuk anaknya, jangan ngomel kalo harus bangun malem-malem nemenin pipis. Sedangkan buat para orangtua yang berpendapat sebuah komik anak-anak nggak akan mungkin berhasil menakut-nakuti diri mereka yang gagah perkasa, jangan menyesal kalo belakangan harus bangunin anak untuk minta ditemenin pipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar